“Seperti banyak orang lainnya yang yakin bahwa kami adalah sekte
pemuja setan yang kepentingannya selalu bertolak-belakangan dengan
kepentingan Amerika, dan menghakimi saya beserta keluarga sebagai
“Internasionalis”, bersama jaringan kolega saya diseluruh penjuru dunia
berkonspirasi untuk mendikte politik dan ekonomi dunia.. Apabila itu
tuduhan yang dilayangkan kepada saya, maka SAYA MENGAKU BERSALAH, &
BANGGA TELAH MELAKUKANNYA!(1)” (David Rockafeller)
Singkatnya, evolusi sejarah PDII pada empat dasawarsa terakhir telah
melahirkan versi simplfifikasi, meng-edit sisi kompleksnya, hanya fokus
ke bagian-bagian penuh sensasi yang semakin MENJAUH dari keakurasian,
dikerucutkan kepada racauan seorang gila yang bernama Adolf Hitler.
Selama lebih dari 40 tahun, sejarawan-sejarawan komersil yang digaji
oleh media mainstream (BBC, NatGeo, Wikipedia, Hollywod, dll) telah
sukses mensimplifikasi sejarah PDII menjadi cerita horor tentang seorang
psikopat rasis yang berambisi membersihkan Eropa dari ras yahudi,
dibantu sebuah organisasi bernama “Nazi” yang berisikan monster-monster
pembunuh berdarah dingin, lalu bergotong-royong melakukan pembunuhan
massal sistematis kepada seluruh yahudi di Eropa.
Dalam IMAJINASI kolektif peradaban barat, tidak ada apapun di dunia yang
lebih buruk dari Nazi-isme. Tidak ada dosa yang lebih jahanam, tidak
ada kebrutalan yang lebih biadab daripada apa yang telah Nazi lakukan,
sebuah penistaan absolut terhadap kemanusiaan. Bangsa Jerman
tercabik-cabik dimutilasi oleh pembantaian moral yang masih berlangsung
sampai detik ini. Arus informasi berupa buku, artikel, program TV,
film-film layar lebar khusus membahas ‘kemonsteran’ Nazi karya media
mainstream tak terhitung banyaknya membanjiri dunia, tidak memberikan
celah sedikitpun kepada opini lain selain versi mereka.
Berdasarkan riset-riset yang dilakukan oleh para sejarawan revolusioner,
disertasi doktoral, jurnal-jurnal para professor, mereka yang tak
pernah tinggal diam dan selalu berupaya untuk mengisi titik-titik kosong
dalam sejarah, telah menemukan banyak bukti yang menunjukan adanya 15
tahun campur tangan raksasa bisnis Amerika dibawah koordinasi elit-elit
politik kerajaan Inggris dalam evolusi Nazi-isme di Jerman (bahkan jauh
sebelum PDII dimulai). Kesuksesan Hitler dan Nazi tidak pernah karena
faktor keberuntungan. Boleh dibilang, TANPA dukungan finansial terencana
dan sistematis dari para super-konglomerat Amerika, tak ketinggalan
perlindungan dari para elit kerajaan Inggris, TIDAK akan ada Adolf
Hitler, dan TIDAK akan ada Nazi.
Ini adalah bab PDII yang telah di-edit dari penulisan sejarah, dijauhkan
dari jangkauan kita, yakni tentang rencana kerajaan Inggris
menghancurkan calon pesaing (Jerman Reich muda), dengan cara bersinergi
dengan para elit bisnis Amerika melahirkan rencana jenius untuk menata
ulang peta kekuatan ekonomi di Eropa melalui 4 tahap:
1. Klub-klub bisnis super elit Wall Street mengalirkan pinjaman
dan investasi terbesar dalam sejarah Jerman untuk membantu Hitler dan
Nazi membangun angkatan bersenjatanya,
2. Uni Soviet yang bertindak dibawah koordinasi London,
memprovokasi Nazi untuk memastikan mereka berangkat menuju perangkap
Front Timur,
3. Amerika Serikat secara terkalkulasi menunda membuka Front
Barat selama tiga tahun, untuk membiarkan Nazi masuk jauh ke dataran
Rusia, dimana telah menunggu ratusan divisi tempur Tentara Merah yang
jumlahnya 2-3x lebih banyak,
4. Baru setelah Jerman babak-belur di Rusia, Inggris-Amerika
membuka front barat (D-DAY), melumat Jerman, sampai tiada lagi Jerman
yang merupakan ancaman, hanyalah sebuah populasi manusia berbahasa
Jerman yang hidup di wilayah yang dikontrol para elit Anglo-Amerika.
Peristiwa-peristiwa sejarah ini telah dengan sistematis dihapus dari
catatan sejarah, untuk menutupi keterlibatan para elit bisnis dan elit
politik kulit putih Anglo-Amerika yang senantiasa menciptakan skenario
tatanan dunia, DIGANTI dengan cerita FIKSI heroisme, yakni perang antara
GOOD VS. EVIL yang lebih laku dijual. Ada kekuatan yang
begitu menakutkan (lebih menakutkan dari Nazi), yaitu kolusi antara para
raksasa bisnis dengan para elit negara-negara super power, melalui
jaringan super-kompleks, diplomatik, finansial, dan militer, yang selalu
berhitung, berencana dan berkomplot untuk menentukan masa depan
bangsa-bangsa di dunia, beserta sebuah fakta yang tak kalah penting,
bahwa mereka semua adalah kulit putih (sama sekali bukan Yahudi seperti
yang diduga banyak orang).
SUMBER:
(1) “David Rockefeller: Memoirs” (Random House NY), David Rockafeller
Tidak ada komentar:
Posting Komentar