Mantan Sekretaris Negara AS periode 1930-an, James Forrestal, menulis dalam buku harian nya yang kemudian diterbitkan menjadi sebuah buku, “Pada
17 September 1938, saya bermain golf dengan John Kennedy (ayah dari
John F. Kennedy), dan John bercerita kepada saya, bahwa Perdana Menteri
Inggris, Sir Neville Chamberlain pernah berkata kepadanya bahwa para penguasa raksasa bisnis Inggris dan Wallstreet mendesaknya agar membawa Inggris untuk berperang dengan Jerman”.(8)
Pada 24 Oktober 1938, Jerman mengajukan tuntutan klaim wilayah atas Danzig
(yang tadinya merupakan wilayah Jerman), namun diberikan ke Polandia
untuk memberikan koridor ke laut. Menurut versi sejarah resmi, tuntutan
yang dilayangkan Jerman kepada Polandia ini adalah sebagai niat Jerman
untuk mengobarkan perang di daratan Eropa. Namun yang tidak ditulis oleh
para sejarawan komersil adalah, Jerman menawarkan barter wilayah industri Teschen di Chekoslovakia(9) untuk ditukarkan dengan Danzig (yang memang wilayah Jerman yang dikuasai Polandia).
Namun penawaran damai Jerman kepada Polandia ini dijawab oleh Perdana
Menteri Inggris Sir Neville Chamberlain dengan pengumuman dihadapan
Parlemen Inggris House of Commons pada tanggal 31 Maret 1939,
berupa pernyataan siap berperang dengan Jerman, apabila Jerman
menganeksasi wilayah milik Polandia. Ultimatum Chamberlain ini
diterjemahkan oleh pemerintah Polandia sebagai dukungan untuk tidak
menyetujui penawaran damai pertukaran wilayah dari Jerman. Sejak itu
Polandia menolak berunding dengan Jerman yang justru akan memancing
Jerman untuk melakukan agresi militer ke wilayah kedaulatannya.
Setelah menghadapi penolakan berulang kali, Hitler akhirnya kehilangan kesabaran dan menerbitkan Surat Perintah No.1 kepada Wehrmacht (Angkatan
Bersenjata Jerman) pada 31 Agustus 1939, yang berisikan perintah untuk
melakukan agresi militer ke wilayah Polandia. Dalam pidatonya dihadapan
petinggi militer Wehrmacht, Hitler berkata, “Polandia telah menolak penyelesaian damai, dan lebih memilih penyelesaian menggunakan jalur militer.” Rudolf Hess, deputi Hitler, melayangkan peringatan terakhir kepada Chamberlain pada hari yang sama, “Ini
akan menjadi pertumpahan darah, tuan Chamberlain! Orang-orang tidak
bersalah akan menjadi korban, dan semua akan menjadi dosa kalian
(Inggris). Karena kalian telah menolak seluruh tawaran damai dari Herr
Hitler, bahkan mendorong Polandia untuk menolak proposal damai dari
kami, sehingga kami tidak punya pilihan lain!”(10) Namun semua ini tidak pernah ditulis dalam versi sejarah resmi yang kita kenal sekarang. Mengapa?
Pada 1 September 1939, Jerman memulai kampanye militer nya ke wilayah
Polandia. Pada hari itu juga, Inggris dan Prancis menyatakan perang
kepada Jerman. Pada 20 September 1939, Hitler kembali menawarkan
proposal damai kepada Inggris dan Prancis untuk mencegah terjadinya
pertumpahan darah di seluruh daratan Eropa. Namun penawaran damai
tersebut ditolak mentah-mentah oleh Chamberlain. Pada pidatonya di
Reichstag pada tanggal 6 Oktober 1939, Hitler kembali menyampaikan
keinginannya untuk berdamai dengan inggris dan Prancis. Hitler
menjelaskan bahwa yang dilakukan Jerman selama ini hanya berniat untuk
mengoreksi Perjanjian Versailles yang sangat merugikan Jerman, dan
mengusulkan diadakannya perundingan. Penawaran damai ini kembali ditolak
Chamberlain pada 12 Oktober(11). Anehnya semua fakta sejarah ini tidak pernah dituliskan oleh versi sejarah resmi.
Sekali lagi itikad baik ditunjukan oleh Hitler yang menginginkan terjadinya perdamaian, yakni ketika pasukan Inggris British Expeditionary Force (BEF) dipukul Wehrmacht sampai tersudut di pantai kota Dunkirk.
Militer Jerman dapat dengan mudah membantai habis seluruh pasukan
Inggris dan Prancis yang tidak punya tempat lagi untuk berlari. Namun
Hitler memerintahkan AD dan AU Jerman untuk berhenti dan tidak melakukan
apapun, untuk membiarkan seluruh pasukan Inggris dan Prancis
diselamatkan melalui laut kembali ke Inggris. Daripada menceritakan
niat baik Hitler untuk berdamai ini, versi sejarah resmi malah menyebut
Dunkirk sebagai suatu “keajaiban” untuk mendukung mitos kekejaman
Hitler.
Hitler masih belum menyerah untuk mengajak Inggris dan Prancis berdamai,
ketika dalam pidatonya pada tanggal 19 Mei 1940, ia berkata, “Hati nurani saya berteriak agar Inggris mau menggunakan akal sehat, dan menghentikan ini semua.” Langsung dijawab oleh Sekretaris Luar Negeri Inggris Lord Halifax, “Kita tidak akan pernah berhenti berperang!”. Disempurnakan oleh jawaban Churcill pada tanggal 4 dan 17 Juni 1940, “Biarkan
bangsa Inggris berperang di pantai-pantai. Kami tidak akan pernah
menyerah. Camkan! Pada seribu tahun mendatang, orang-orang akan bekata
bahwa ini adalah saat-saat terbaik mereka!”(12)
Pada permulaan tahun 1941, seorang bangsawan Inggris yang bernama Lord Charles Bedstone memprakarsai pertemuan antara dirinya dengan Reichsmarshall Hermann Göring.
Dalam pertemuan yang dirahasiakan tempat dan waktunya dari pers ini,
Lord Charles yang mengaku telah mendapat restu dari Churchill,
menawarkan Göring akses ke pengadaan mineral strategis “Tungsten” untuk Jerman (Tungsten adalah bahan baku penting untuk campuran metal dalam produksi proyektil penembus baja), dengan syarat Jerman harus membuka front timur (berperang dengan Uni Soviet) dan menjatuhkan Komunis.(13)
SUMBER:
(8) “Forrestal Diaries” (Cassel & Co, London), James Forrestal
(9) “Department of Army Pamphlet No.20-255: The German Campaign in Poland” (Washington), Major Infantry Robert M. Kennedy
(10,11,12) “The Nameless War” (Noontide Press), Archibald Maule Ramsey
(13) “Conjuring Hitler”, How Britain And America Made the Third
Reich (Pluto Press), Guido Giacomo Preparata PhD – Professor in
University of Wahington
Tidak ada komentar:
Posting Komentar